Rabu, 03 Oktober 2012
Jumat, 28 September 2012
egoku
setiap kali aku bersama kamu aku rasakan ada yang beda
aku tak tahu apa yang sedang kurasakan saat ini
yang aku tahu ku merasa nyaman dengan kamu
aku tak ingin kau pergi jauh
aku ingin kau selalu ada denganku
aku tak tahu apa yang sedang kurasakan saat ini
yang aku tahu ku merasa nyaman dengan kamu
aku tak ingin kau pergi jauh
aku ingin kau selalu ada denganku
Kamis, 30 Agustus 2012
Aku Rela
Aku ingin berteriak tapi aku berada di tempat yang tidak memungkinkan untuk berteriak
Aku ingin berlari tetapi ada belenggu mengikat dikedua kakiku
Aku ingin terbang tapi bulu-bulu meranggas pada sayapku
Kubiarkan bara api menyala di bawah telapak kakiku
Kubiarkan mata panah menembus dadaku
Aku ingin berlari tetapi ada belenggu mengikat dikedua kakiku
Aku ingin terbang tapi bulu-bulu meranggas pada sayapku
Kubiarkan bara api menyala di bawah telapak kakiku
Kubiarkan mata panah menembus dadaku
Kamis, 02 Agustus 2012

A long
time ago, a child was born to a queen and king and she was called Snow
White. When the queen died, the king married again. This new queen
was wicked and hated Snow white. The queen gave orders that Snow White
was to be treated as a servant.
Snow White
grew very beautiful and one day a Prince riding by, saw her at work and fell in
love with her.
The queen
was beautiful too, and every day she asked her Magic Mirror, "Who is the
fairest in the land?" and the mirror always answered, "You are the
fairest one of all".
But one
day the mirror answered Snow White was the fairest in the land, and in a rage
the queen gave orders to one of her Huntsmen to take Snow White into the woods
and kill her.
The
Huntsman had a kind heart and couldn't do the deed so told her to run
away. She fled into the woods where Seven little dwarfs lived.
Their house was small and strange.
Snow White
entered the little house and finding it very untidy, started to clean up.
Upstairs she found seven little beds. She was very tired and stretching
out on one of the beds, was soon asleep.
When the
Dwarfs came home they were surprised to find Snow White and after some
argument, decided to let her stay. She promised to cook and look after
them.
The Queen
discovered where Snow White was living and disguising herself as a witch, took
a poisoned apple and set out for the Dwarfs cottage. She gave Snow White
the poisoned apple to eat and as soon as she bit the apple, she sank into
unconsciousness.
Thinking
she was dead, the Dwarfs built a glass coffin and put her in it. For days she
lay in the forest in her glass coffin. One day, the Prince was riding
through the forest looking for Snow White and found her. He leaned over
and kissed her. She opened her eyes and sat up with a smile. Everyone was
happy. The Prince took Snow White to his palace where they were married
and lived happily ever after.
|
Jumat, 13 Juli 2012
Psikologi Olah Raga
ARSIP
PSIKOLOGI OLAH RAGA
Arsip untuk Psikologi Olahraga kategori
Pengertian Psikologi Olahraga
1. Apakah
Psikologi Olahraga?
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang
kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak
disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar
ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga
yang lalu dikenal sebagai psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam
bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam
diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan
factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari
psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan
prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.
2.
Mengapa Psikologi Olahraga Diperlukan dalam Olahraga?
Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan
atlet bereaksi secara negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga
kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat menjadi tegang. denyut nadi
meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil pertandingannya, dan mereka
merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet
tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun menaruh minat
terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.
Psikologi olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir
mengenai. mengapa mereka berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali
tujuannya diketahui, latihan-latihan ketrampilan psikologis dapat menolong
tercapainya tujuan tersebut.3.
Bagaimanakah Psikologi Olahraga Dapat Membantu Atlet Agar Memiliki Mental yang
Tangguh?
Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik,
akan didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam
membina aspek psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa setiap
atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya.
Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan
psikologis, yang biasa dikenal dengan “psikotes”, dengan bantuan psikometri.
Profil psikologis atlet biasanya berupa gambaran
kepnbadian secara umum, potensi intelektual. dan fungsi daya pikimya yang
dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada umumnya tidak berubah banyak
dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering beranggapan bahwa calon atlet
berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil psikologisnya. Anggapan
semacam ini keliru, karena gambaran psikologis seseorang tidak menjamin
keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga, karena banyak sekali
faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek psikologis dapat diperbaiki
melalui latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian) yang terencana dan
sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet
terhadap program tersebut.
B.
Aspek-aspek Psikologis yang berperan dalam OlahragaPengaruh
faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet
tersebut bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis
yang paling sering timbul di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan
pertandingan dan masa latihan.
1.
Berpikir Positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang
mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu
dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang
melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh
sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan
menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal
utama untuk dapat memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh.
Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan
positif pula, karena pikiran akan menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam
bermain bulutangkis terlintas pikiran negatif seperti, “takut salah, takut out, takut bola
pukulannya tanggung” dan sebagainya, maka kemungkinan terjadi akan
lebih besar. Karena itu cobalah dan biasakan untuk selalu berpikir positif,
hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada atlet.
Daripada mengatakan: “Kamu ini
susah sekali sih diajarnya…, salah terus…! Awas, jangan berhenti sebelum bisa!”,
lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun maksudnya sama: “Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa
melakukannya. Perhatikan, tangannya, begini… langkahnya, ke sini… kena bolanya,
di sini… ayo dicoba”.
Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda
memiliki peluang untuk dapat berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang
pedas yang tidak pada tempatnya, justru akan membuat atlet bereaksi negatif dan
berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti dengan penurunan prestasi.
2.
Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan
latihan mental. Pelatih perlu membantu setiap atletnya untuk menetapkan
sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut
mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran jangka pendek yang
lebih spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu
diingat agar sasaran itu bermanfaat, yaitu:
a.
Sasaran harus menantang.
Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga
atlet merasa tertantang untuk dapat mencapai sasaran tersebut.
b.
Sasaran harus dapat dicapai.
Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak
terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat
tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet
merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun.
Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka
atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran
tersebut.
c.
Sasaran harus meningkat.
Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah
sasaran tersebut makin lama makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet
tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran
yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu uraikan lagi secara
lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi
target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran
yang ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya,
dan bagaimana pula cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat
mungkin, buatkan grafik pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah
dan peningkatannya.
3.
Motivasi
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri
seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu.
Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam
dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat
dibedakan antara motivasi yang berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang
berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan psikologis
diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang
kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan.
Motivasi yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada
faktor ekstrinsik seperti hadiah atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan
tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama menetap adalah faktor intrinsik
yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih mengutamakan prestasi untuk
mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material.
Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih
dan orangtua sangat besar. Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan
kepercayaan diri pada atlet secara positif. Ajarkan atlet untuk dapat
menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus memperlihatkan bahwa ia
menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.
4. Emosi
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan
perasaan atlet secara pribadi terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal
lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti
senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi
tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di
sini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan
diri sendiri.
Pengendalian emosi dalam pertandingan olahraga seringkali
menjadi faktor penentu kemenangan. Para pelatih harus mengetahui dengan jelas
bagaimana gejolak emosi atlet asuhannya, bukan saja dalam pertandingan tetapi
juga dalam latihan dan kehidupan sehari-hari. Pelatih perlu tahu kapan dan hal
apa saja yang dapat membuat atletnya marah, senang, sedih, takut, dan
sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga mencari data-data untuk
mengendalikan emosi para atlet asuhannya. yang tentu saja akan berbeda antara
atlet yang satu dengan atlet lainnya.
Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan
psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut, kejang otot, dan sebagainya.
Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis maka konsentrasi pun akan
terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet
mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan
dimulai. Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan
dengan baik. Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak
berpihak padanya, maka dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat
bermain baik. Konsentrasinya akan buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak
dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.
Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi
ketegangan (stress mana- gement). Sebelum pelatih mencoba mengatasi ketegangan
atletnya. terlebih dulu harus diketahui sumber-sumber ketegangan tersebut.
Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara pelatih
dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang
berkaitan dengan emosi.
5.
Kecemasan dan Ketegangan
Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan
kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan
perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi
tegang, sehingga bila ia terjun ke dalam pertandingan maka dapat dipastikan
penampilannya tidak akan optimal. Untuk itu, telah banyak diketahui berbagai
teknik untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan yang penggunaannya tergantung
dari macam kecemasannya.
Sebagai usaha untuk dapat mengatasi ketegangan dan
kecemasan, khususnya dalam menghadapi pertandingan, lakukanlah beberapa teknik
berikut ini :
a. Identifikasikan dan
temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan kecemasan.
b. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingan sesungguhnya.
c. Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.
f. Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma.
g. Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h. Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).
i. Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang diperlukan saat itu.
j. Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
b. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingan sesungguhnya.
c. Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.
f. Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma.
g. Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h. Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).
i. Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang diperlukan saat itu.
j. Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
6.
Kepercayaan Diri
Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah
satu faktor penentu suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa
percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di
bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan
kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki
pengalaman bertanding yang memadai.
Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri atletnya
sangat besar. Syarat untuk untuk membangun kepercayaan diri adalah sikap
positif. Beritahu pemain di mana letak kekuatan dan kelemahannya masing-masing.
Buatkan program latihan untuk setiap atlet dan bantu mereka untuk memasang
target sesuai dengan kemampuannya agar target dapat tercapai jika latihan
dilakukan dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam melakukan
penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik negatif hanya akan mengurangi rasa percaya diri.
Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus
(walaupun kalah), tunjukkan penghargaan Anda sebagai pelatih. Jika pemain
mengalami kekalahan (apalagi tidak dengan bermain baik), hadapkan ia pada
kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana yang telah dilakukannya secara
benar dan mana yang salah, serta tunjukkan bagaimana seharusnya. Menemui pemain
yang baru saja mengalami kekalahan harus dilakukan sesegera mungkin
dibandingkan dengan menemui pemain yang baru saja mencetak kemenangan.
7.
Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah,
khususnya antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal
kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah
timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak
adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh
adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.
Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih
perlu menyesuaikan teknik-teknik komunikasi dengan para atlet seraya
memperhatikan asas individual. Keterbukaan pelatih dalam hal pogram latihan
akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan dilakukan secara
objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan program
latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu.
Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan
dibuat peraturan mengenai tata tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk
sanksi yang dikenakan
jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi,
hindarilah untuk memberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan
sebelumnya. Misalnya, seorang atlet minum Coca Cola dalam latihan, lalu dihukum
oleh pelatih. Atlet tersebut bingung dan bertanya-tanya mengapa ia dihukum
karena ia tidak pernah dijelaskan sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam latihan
dilarang minum minuman bersoda.
Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang
sudah dibuat, haruslah dijalankan secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet
dihukum karena melanggar peraturan tertentu, maka jika ada atlet lain yang
melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat hukuman yang sama. Demikian
pula jika atlet yang sama melakukannya lagi di kemudian hari.
Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif.
Bersikap objektif maksudnya adalah bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta
apa adanya tanpa menyangkut pautkan
dengan hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet
datang terlambat dalam latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas keterlambatannya,
jangan dihubungkan dengan hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut harus sudah
tertera dalam tata tertib latihan).
8.
Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran
seseorang tertuju kepada suatu obyek tententu dalam waktu tertentu. Makin baik
konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam
olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Dengan berkurangnya atau
terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi pertandingan, maka
akan timbul berbagai masalah.
Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat
terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan,
tendangan & tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut
jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak
jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana
dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari keadaan
tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi.
9. Evaluasi
Diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk
mengenali keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan
agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu
maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya ini maka pemain
dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara mengukurnya.
Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukannya,
sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah
terulangnya penampilan buruk.
Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya
untuk memiliki buku catatan harian mengenai latihan dan pertandingan. Minta
pemain untuk menuliskan kelemahan dan kelebihan diri sendiri, baik dalam segi
fisik, teknik, maupun mental. Kemudian koreksilah jika menurut Anda sebagai
pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang kurang.
Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur.
Ajak atlet untuk menuliskan di dalam bukunya hal-hal yang intinya sebagai
berikut:
- Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam
latihan dan pertandingan.
- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
- Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya.
- Hasil dan jalannya pertandingan.
- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
- Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya.
- Hasil dan jalannya pertandingan.
- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh
setiap atlet. Namun perlu diingat bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk
membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi bagian dan rahasia pribadi
mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet mempunyai bahan
bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.
C.
Persiapan Pertandingan Setelah atlet dilatih baik
fisik, teknik, strategi, maupun mentalnya dengan program latihan yang tepat,
maka untuk menguji hasil latihannya adalah dengan terjun ke dalam pertandingan.
Tentunya diharapkan bahwa setiap pemain akan dapat menampilkan seluruh
kemampuannya yang didapat dan latihan. Namun acapkali pemain tampil di bawah
form, artinya ia tidak dapat menampilkan seluruh kemampuan yang dimilikinya
pada saat pertandingan.
Untuk mengatasi hal seperti di atas, perlu diciptakan
situasi yang mendukung yang tercapainya prestasi optimal dan dilakukan perwapan
mental untuk menghadapi suatu pertandingan agar si atlet dapat menampilkan
seluruh kemampuannya, sehingga tercapailah prestasi puncak.
Ada empat tahap penting dalam persiapan menuju
pertandingan, yaitu
(1). Sebelum hari pertandingan
(2). Pada hari pertandingan
(3). Saat pertandingan
(4). Setelah hari pertandingan.
(2). Pada hari pertandingan
(3). Saat pertandingan
(4). Setelah hari pertandingan.
Berikut uraiannya dalam contoh persiapan pertandingan
bulutangkis:
1.
Sebelum Hari Pertandingan
a. Kumpulkan data mengenai kekuatan dan kelemahan lawan.
Jika memungkin- kan, putarlah rekaman pertandingannya. Kemudian susunlah
strategi untuk menghadapinya. Untuk pemain ganda, diskusikan strategi tersebut
dengan pasangannya.
b. Pantau kemajuan atlet, baik fisik maupun mentalnya
dengan memperhatikan bagaimana tingkat konsentrasinya, bagaimana irama, timing, power, dan
kelancaran menjalankan ketrampilannya serta sikapnya terhadap latihan secara
umum.
c. Pantau tingkat kecemasan atlet dengan melihat ekspresi
wajahnya apakah cerah atau murung: apakah sinar matanya letih atau segar dan
awas. Juga perhatikan suasana hatinya, bagaimana kualitas tidur dan makannya,
apakah ia mengalami faktor-faktor psikosomatis seperti sakit perut, nyeri otot,
sesak nafas, demam, batuk, keringat dingin, dan sebagainya.
d. Pada saat tidak latihan, pastikan bahwa atlet tidak
“hidup dan berpikir” mengenai pertandingannya 24 jam sehan. Berikan aktivitas
yang menyenangkan bagi dirinya yang dapat memberikan suasana gembira, sehingga
ia bisa mengalihkan pikirannya sejenak dari pertandingan.
e. Satu hari menjelang pertandingan, biasanya cukup
latihan ringan saja dan tidak perlu berada di lapangan terlalu lama. Pada malam
hari sebelum bertanding, tidurlah pada saat yang tepat, tidak perlu tidur
terlalu cepat. Sebelum tidur, lakukan latihan relaksasi dan visualisasi. Jika
pertandingan besok dilakukan pagi atau siang hari, siapkan alat-alat
perperlengkapan pertandingan, termasuk baju ganti dan perlengkapan cadangan
malam ini juga agar esok tidak terburu-buru. Pastikan semua dalam keadaan baik.
2. Pada
Hari Pertandingan
a. Bangun tidur pada saat yang tepat, malamnya harus tidur
cukup dan tidak berlebihan. Kemudian lakukan aktivitas rutin kebiasaan
sehari-hari, seperti sembahyang, berdoa, stretching, sarapan (perhatikan kapan
harus makan dan apa yang harus dimakan), latihan relaksasi dan visualisasi,
memeriksa kembali perlengkapan pertandingan termasuk cadangannya. Mulailah hari
ini dengan gembira, optimis, dan berpikir positif.
b. Berangkatlah ke tempat pertandingan pada saat yang
tepat. Perhitungkan jarak ke tempat pertandingan, bagaimana mencapainya,
kemacetannya dan sebagainya. Tidak perlu berangkat terlalu cepat, namun jangan
sampai terlambat, sehingga tidak ada waktu untuk istirahat, penyesuaian dan
pemanasan.
c. Di tempat pertandingan pelatih perlu mengenali atlet
mana yang berada didekat teman-temannya dan mana yang lebih suka menyendiri.
Pastikan di lapangan mana atlet yang akan bertanding, jangan lupa melapor
panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan atlet sudah hapal dimana letak
ruang ganti, WC, ruang kesehatan, tes doping, tempat ganti senar, dan
sebagainya.
d. Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya
meningkatkan level `semangat’ dlan tetap berpikir positif. Pelatih dapat
mengingatkan strategi yang akan diterapkan secara sekilas. Lakukan stroke
dengan penuh konsentrasi yang kemudian dapat dilanjutkan dengan’visualisasi
clan relaksasi.
3. Saat
Bertanding
Saat bertanding tiba, bukan waktunya lagi untuk memikirkan
teknik memukul atau bagaimana harus melangkah. Itu semua sudah dilatih dalam
latihan dan sudah dihayati dalam visualisasi. Sekarang saatnya tinggal
mengulang-ulang kejadian yang sudah divisualisasikan dan melakukannya sesuai
dengan situasi saat ini. Sekarang adalah saatnya melakukan konsentrasi penuh
hanya pada bola dan jalannya pertandingan.
Anjurkan atlet untuk:
a. Memantau clan menyesuaikan tingkat kecemasan, lakukan
relaksasi.
b. Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap permainan
yang sedang dijalani. Kesalahan yang baru atau pernah terjadi, clan yang
mungkin terjadi jangan dihiraukan.
c. Berpikir positif dan optimis, jangan biarkan
pikiran-pikiran negatif.
d. Jangan terlalu banyak menganalisa.
e. Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama
lawan.
f. Menjalankan strategi yang telah disiapkan. Jangan
diubah jika strategi itu berjalan. Lakukan evaluasi singkat, jika strategi
tidak jalan, lakukan penyesuaian dengan alternatif strategi yang sudah
dipersiapkan.
g. Hindari hal-hal negatif seperti, menyalahkan diri
sendiri secara berlebihan, berbicara terhadap diri sendiri berlebihan, berpikir
negatif, meragukan kemampuan clan menyerah sebelum pertandingan selesai.
h. Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa clan
mengganti apapun; biarkan berjalan demikian. Jangan mengendor jika sedang
leading (memimpin pertandingan), clan tidak perlu kasihan jika lawan mendapat
angka nol.
4.
Setelah Hari Pertandingan
a. Mintalah atlet mencatat hal-hal posisitf maupun negatif
yang dirasa berpengaruh terhadap penampilannya dalam pertandingan tadi. Bukan
hanya yang bersifat teknik, taktik, clan strategi, tetapi juga yang bersifat
mental, bahkan hal-hal kecil lainnya. Catat hasil tersebut dalam buku evaluasi
si atlet.
b. Evaluasi penampilan dalam pertandingan tadi. Apakah
mencapai sasaran?
c. Putuskan apakah perlu diadakan penyesuaian terhadap
program latihan.
d. Pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari
penampilan dalam pertandingan.
D.
Pelatih Sebagai Pembina Mental AtlitPelatih dalam olahraga
dapat mempunyai fungsi sebagai pembuat atau pelaksana program latihan, sebagai
motivator, konselor, evaluator dan yang bertanggung jawab terhadap segala hal
yang berhubungan dengan kepelatihan tersebut. Sebagai manusia biasa, pelatih
sama halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik yang berbeda antara
satu dengan lainnya. Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena
itu tidak ada pelatih yang murni ideal atau sempura.
Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus
melibatkan diri secara total dengan atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih
bukan hanya melulu mengurusi masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan
olahraganya saja, tetapi pelatih juga harus dapat berperan sebagai teman, guru.
orangtua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya. Dengan demikian dapat
diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasi, akan
mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya.
Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet
asuhannya harus dilandasi oleh adanya empati dan pelatih terhadap atletnya
tersebut.Empati ini merupakan kemampuan pelatih untuk dapat menghayati perasaan
atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat mengerti atletnya secara
total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pnbadinya. Untuk mengerti keadaan
atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada
pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saia tidak cukup bagi
pelatih untuk mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau
memahami keadaan psikologi atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap
orang memiliki sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khusus pula dalam
hubungan dengan pengembangan potensinya.
Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk
kepribadian atlet yang menjadi asuhannya. Hal terpenting yang harus ditanamkan
pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet percaya pada pelatih bahwa apa yang
diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih adalah untuk kebaikan dan kemajuan si
atlet itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan kepercayaan tersebut dari atlet,
pelatih tidak cukup hanya memintanya, tetapi harus membuktikannya melalui
ucapan, perbuatan, dan ketulusan hati. Sekali atlet mempercayai pelatih maka
seberat apapun program yang dibuat pelatih akan dijalankan oleh si atlet dengan
sungguh-sungguh.
ARSIP
PSIKOLOGI OLAH RAGA
Arsip untuk Psikologi Olahraga kategori
Pengertian Psikologi Olahraga
1. Apakah
Psikologi Olahraga?
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang
kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak
disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar
ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga
yang lalu dikenal sebagai psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam
bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam
diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan
factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari
psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan
prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.
2.
Mengapa Psikologi Olahraga Diperlukan dalam Olahraga?
Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan
atlet bereaksi secara negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga
kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat menjadi tegang. denyut nadi
meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil pertandingannya, dan mereka
merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet
tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun menaruh minat
terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.
Psikologi olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir
mengenai. mengapa mereka berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali
tujuannya diketahui, latihan-latihan ketrampilan psikologis dapat menolong
tercapainya tujuan tersebut.3.
Bagaimanakah Psikologi Olahraga Dapat Membantu Atlet Agar Memiliki Mental yang
Tangguh?
Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik,
akan didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam
membina aspek psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa setiap
atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya.
Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan
psikologis, yang biasa dikenal dengan “psikotes”, dengan bantuan psikometri.
Profil psikologis atlet biasanya berupa gambaran
kepnbadian secara umum, potensi intelektual. dan fungsi daya pikimya yang
dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada umumnya tidak berubah banyak
dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering beranggapan bahwa calon atlet
berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil psikologisnya. Anggapan
semacam ini keliru, karena gambaran psikologis seseorang tidak menjamin
keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga, karena banyak sekali
faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek psikologis dapat diperbaiki
melalui latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian) yang terencana dan
sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet
terhadap program tersebut.
B.
Aspek-aspek Psikologis yang berperan dalam OlahragaPengaruh
faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet
tersebut bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis
yang paling sering timbul di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan
pertandingan dan masa latihan.
1.
Berpikir Positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang
mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu
dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang
melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh
sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan
menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal
utama untuk dapat memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh.
Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan
positif pula, karena pikiran akan menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam
bermain bulutangkis terlintas pikiran negatif seperti, “takut salah, takut out, takut bola
pukulannya tanggung” dan sebagainya, maka kemungkinan terjadi akan
lebih besar. Karena itu cobalah dan biasakan untuk selalu berpikir positif,
hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada atlet.
Daripada mengatakan: “Kamu ini
susah sekali sih diajarnya…, salah terus…! Awas, jangan berhenti sebelum bisa!”,
lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun maksudnya sama: “Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa
melakukannya. Perhatikan, tangannya, begini… langkahnya, ke sini… kena bolanya,
di sini… ayo dicoba”.
Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda
memiliki peluang untuk dapat berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang
pedas yang tidak pada tempatnya, justru akan membuat atlet bereaksi negatif dan
berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti dengan penurunan prestasi.
2.
Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan
latihan mental. Pelatih perlu membantu setiap atletnya untuk menetapkan
sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut
mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran jangka pendek yang
lebih spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu
diingat agar sasaran itu bermanfaat, yaitu:
a.
Sasaran harus menantang.
Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga
atlet merasa tertantang untuk dapat mencapai sasaran tersebut.
b.
Sasaran harus dapat dicapai.
Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak
terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat
tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet
merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun.
Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka
atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran
tersebut.
c.
Sasaran harus meningkat.
Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah
sasaran tersebut makin lama makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet
tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran
yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu uraikan lagi secara
lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi
target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran
yang ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya,
dan bagaimana pula cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat
mungkin, buatkan grafik pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah
dan peningkatannya.
3.
Motivasi
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri
seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu.
Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam
dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat
dibedakan antara motivasi yang berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang
berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan psikologis
diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang
kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan.
Motivasi yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada
faktor ekstrinsik seperti hadiah atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan
tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama menetap adalah faktor intrinsik
yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih mengutamakan prestasi untuk
mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material.
Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih
dan orangtua sangat besar. Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan
kepercayaan diri pada atlet secara positif. Ajarkan atlet untuk dapat
menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus memperlihatkan bahwa ia
menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.
4. Emosi
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan
perasaan atlet secara pribadi terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal
lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti
senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi
tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di
sini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan
diri sendiri.
Pengendalian emosi dalam pertandingan olahraga seringkali
menjadi faktor penentu kemenangan. Para pelatih harus mengetahui dengan jelas
bagaimana gejolak emosi atlet asuhannya, bukan saja dalam pertandingan tetapi
juga dalam latihan dan kehidupan sehari-hari. Pelatih perlu tahu kapan dan hal
apa saja yang dapat membuat atletnya marah, senang, sedih, takut, dan
sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga mencari data-data untuk
mengendalikan emosi para atlet asuhannya. yang tentu saja akan berbeda antara
atlet yang satu dengan atlet lainnya.
Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan
psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut, kejang otot, dan sebagainya.
Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis maka konsentrasi pun akan
terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet
mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan
dimulai. Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan
dengan baik. Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak
berpihak padanya, maka dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat
bermain baik. Konsentrasinya akan buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak
dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.
Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi
ketegangan (stress mana- gement). Sebelum pelatih mencoba mengatasi ketegangan
atletnya. terlebih dulu harus diketahui sumber-sumber ketegangan tersebut.
Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara pelatih
dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang
berkaitan dengan emosi.
5.
Kecemasan dan Ketegangan
Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan
kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan
perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi
tegang, sehingga bila ia terjun ke dalam pertandingan maka dapat dipastikan
penampilannya tidak akan optimal. Untuk itu, telah banyak diketahui berbagai
teknik untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan yang penggunaannya tergantung
dari macam kecemasannya.
Sebagai usaha untuk dapat mengatasi ketegangan dan
kecemasan, khususnya dalam menghadapi pertandingan, lakukanlah beberapa teknik
berikut ini :
a. Identifikasikan dan
temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan kecemasan.
b. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingan sesungguhnya.
c. Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.
f. Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma.
g. Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h. Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).
i. Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang diperlukan saat itu.
j. Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
b. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingan sesungguhnya.
c. Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.
f. Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma.
g. Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h. Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).
i. Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang diperlukan saat itu.
j. Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
6.
Kepercayaan Diri
Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah
satu faktor penentu suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa
percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di
bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan
kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki
pengalaman bertanding yang memadai.
Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri atletnya
sangat besar. Syarat untuk untuk membangun kepercayaan diri adalah sikap
positif. Beritahu pemain di mana letak kekuatan dan kelemahannya masing-masing.
Buatkan program latihan untuk setiap atlet dan bantu mereka untuk memasang
target sesuai dengan kemampuannya agar target dapat tercapai jika latihan
dilakukan dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam melakukan
penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik negatif hanya akan mengurangi rasa percaya diri.
Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus
(walaupun kalah), tunjukkan penghargaan Anda sebagai pelatih. Jika pemain
mengalami kekalahan (apalagi tidak dengan bermain baik), hadapkan ia pada
kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana yang telah dilakukannya secara
benar dan mana yang salah, serta tunjukkan bagaimana seharusnya. Menemui pemain
yang baru saja mengalami kekalahan harus dilakukan sesegera mungkin
dibandingkan dengan menemui pemain yang baru saja mencetak kemenangan.
7.
Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah,
khususnya antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal
kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah
timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak
adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh
adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.
Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih
perlu menyesuaikan teknik-teknik komunikasi dengan para atlet seraya
memperhatikan asas individual. Keterbukaan pelatih dalam hal pogram latihan
akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan dilakukan secara
objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan program
latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu.
Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan
dibuat peraturan mengenai tata tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk
sanksi yang dikenakan
jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi,
hindarilah untuk memberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan
sebelumnya. Misalnya, seorang atlet minum Coca Cola dalam latihan, lalu dihukum
oleh pelatih. Atlet tersebut bingung dan bertanya-tanya mengapa ia dihukum
karena ia tidak pernah dijelaskan sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam latihan
dilarang minum minuman bersoda.
Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang
sudah dibuat, haruslah dijalankan secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet
dihukum karena melanggar peraturan tertentu, maka jika ada atlet lain yang
melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat hukuman yang sama. Demikian
pula jika atlet yang sama melakukannya lagi di kemudian hari.
Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif.
Bersikap objektif maksudnya adalah bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta
apa adanya tanpa menyangkut pautkan
dengan hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet
datang terlambat dalam latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas keterlambatannya,
jangan dihubungkan dengan hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut harus sudah
tertera dalam tata tertib latihan).
8.
Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran
seseorang tertuju kepada suatu obyek tententu dalam waktu tertentu. Makin baik
konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam
olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Dengan berkurangnya atau
terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi pertandingan, maka
akan timbul berbagai masalah.
Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat
terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan,
tendangan & tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut
jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak
jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana
dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari keadaan
tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi.
9. Evaluasi
Diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk
mengenali keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan
agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu
maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya ini maka pemain
dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara mengukurnya.
Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukannya,
sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah
terulangnya penampilan buruk.
Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya
untuk memiliki buku catatan harian mengenai latihan dan pertandingan. Minta
pemain untuk menuliskan kelemahan dan kelebihan diri sendiri, baik dalam segi
fisik, teknik, maupun mental. Kemudian koreksilah jika menurut Anda sebagai
pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang kurang.
Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur.
Ajak atlet untuk menuliskan di dalam bukunya hal-hal yang intinya sebagai
berikut:
- Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam
latihan dan pertandingan.
- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
- Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya.
- Hasil dan jalannya pertandingan.
- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
- Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya.
- Hasil dan jalannya pertandingan.
- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh
setiap atlet. Namun perlu diingat bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk
membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi bagian dan rahasia pribadi
mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet mempunyai bahan
bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.
C.
Persiapan Pertandingan Setelah atlet dilatih baik
fisik, teknik, strategi, maupun mentalnya dengan program latihan yang tepat,
maka untuk menguji hasil latihannya adalah dengan terjun ke dalam pertandingan.
Tentunya diharapkan bahwa setiap pemain akan dapat menampilkan seluruh
kemampuannya yang didapat dan latihan. Namun acapkali pemain tampil di bawah
form, artinya ia tidak dapat menampilkan seluruh kemampuan yang dimilikinya
pada saat pertandingan.
Untuk mengatasi hal seperti di atas, perlu diciptakan
situasi yang mendukung yang tercapainya prestasi optimal dan dilakukan perwapan
mental untuk menghadapi suatu pertandingan agar si atlet dapat menampilkan
seluruh kemampuannya, sehingga tercapailah prestasi puncak.
Ada empat tahap penting dalam persiapan menuju
pertandingan, yaitu
(1). Sebelum hari pertandingan
(2). Pada hari pertandingan
(3). Saat pertandingan
(4). Setelah hari pertandingan.
(2). Pada hari pertandingan
(3). Saat pertandingan
(4). Setelah hari pertandingan.
Berikut uraiannya dalam contoh persiapan pertandingan
bulutangkis:
1.
Sebelum Hari Pertandingan
a. Kumpulkan data mengenai kekuatan dan kelemahan lawan.
Jika memungkin- kan, putarlah rekaman pertandingannya. Kemudian susunlah
strategi untuk menghadapinya. Untuk pemain ganda, diskusikan strategi tersebut
dengan pasangannya.
b. Pantau kemajuan atlet, baik fisik maupun mentalnya
dengan memperhatikan bagaimana tingkat konsentrasinya, bagaimana irama, timing, power, dan
kelancaran menjalankan ketrampilannya serta sikapnya terhadap latihan secara
umum.
c. Pantau tingkat kecemasan atlet dengan melihat ekspresi
wajahnya apakah cerah atau murung: apakah sinar matanya letih atau segar dan
awas. Juga perhatikan suasana hatinya, bagaimana kualitas tidur dan makannya,
apakah ia mengalami faktor-faktor psikosomatis seperti sakit perut, nyeri otot,
sesak nafas, demam, batuk, keringat dingin, dan sebagainya.
d. Pada saat tidak latihan, pastikan bahwa atlet tidak
“hidup dan berpikir” mengenai pertandingannya 24 jam sehan. Berikan aktivitas
yang menyenangkan bagi dirinya yang dapat memberikan suasana gembira, sehingga
ia bisa mengalihkan pikirannya sejenak dari pertandingan.
e. Satu hari menjelang pertandingan, biasanya cukup
latihan ringan saja dan tidak perlu berada di lapangan terlalu lama. Pada malam
hari sebelum bertanding, tidurlah pada saat yang tepat, tidak perlu tidur
terlalu cepat. Sebelum tidur, lakukan latihan relaksasi dan visualisasi. Jika
pertandingan besok dilakukan pagi atau siang hari, siapkan alat-alat
perperlengkapan pertandingan, termasuk baju ganti dan perlengkapan cadangan
malam ini juga agar esok tidak terburu-buru. Pastikan semua dalam keadaan baik.
2. Pada
Hari Pertandingan
a. Bangun tidur pada saat yang tepat, malamnya harus tidur
cukup dan tidak berlebihan. Kemudian lakukan aktivitas rutin kebiasaan
sehari-hari, seperti sembahyang, berdoa, stretching, sarapan (perhatikan kapan
harus makan dan apa yang harus dimakan), latihan relaksasi dan visualisasi,
memeriksa kembali perlengkapan pertandingan termasuk cadangannya. Mulailah hari
ini dengan gembira, optimis, dan berpikir positif.
b. Berangkatlah ke tempat pertandingan pada saat yang
tepat. Perhitungkan jarak ke tempat pertandingan, bagaimana mencapainya,
kemacetannya dan sebagainya. Tidak perlu berangkat terlalu cepat, namun jangan
sampai terlambat, sehingga tidak ada waktu untuk istirahat, penyesuaian dan
pemanasan.
c. Di tempat pertandingan pelatih perlu mengenali atlet
mana yang berada didekat teman-temannya dan mana yang lebih suka menyendiri.
Pastikan di lapangan mana atlet yang akan bertanding, jangan lupa melapor
panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan atlet sudah hapal dimana letak
ruang ganti, WC, ruang kesehatan, tes doping, tempat ganti senar, dan
sebagainya.
d. Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya
meningkatkan level `semangat’ dlan tetap berpikir positif. Pelatih dapat
mengingatkan strategi yang akan diterapkan secara sekilas. Lakukan stroke
dengan penuh konsentrasi yang kemudian dapat dilanjutkan dengan’visualisasi
clan relaksasi.
3. Saat
Bertanding
Saat bertanding tiba, bukan waktunya lagi untuk memikirkan
teknik memukul atau bagaimana harus melangkah. Itu semua sudah dilatih dalam
latihan dan sudah dihayati dalam visualisasi. Sekarang saatnya tinggal
mengulang-ulang kejadian yang sudah divisualisasikan dan melakukannya sesuai
dengan situasi saat ini. Sekarang adalah saatnya melakukan konsentrasi penuh
hanya pada bola dan jalannya pertandingan.
Anjurkan atlet untuk:
a. Memantau clan menyesuaikan tingkat kecemasan, lakukan
relaksasi.
b. Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap permainan
yang sedang dijalani. Kesalahan yang baru atau pernah terjadi, clan yang
mungkin terjadi jangan dihiraukan.
c. Berpikir positif dan optimis, jangan biarkan
pikiran-pikiran negatif.
d. Jangan terlalu banyak menganalisa.
e. Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama
lawan.
f. Menjalankan strategi yang telah disiapkan. Jangan
diubah jika strategi itu berjalan. Lakukan evaluasi singkat, jika strategi
tidak jalan, lakukan penyesuaian dengan alternatif strategi yang sudah
dipersiapkan.
g. Hindari hal-hal negatif seperti, menyalahkan diri
sendiri secara berlebihan, berbicara terhadap diri sendiri berlebihan, berpikir
negatif, meragukan kemampuan clan menyerah sebelum pertandingan selesai.
h. Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa clan
mengganti apapun; biarkan berjalan demikian. Jangan mengendor jika sedang
leading (memimpin pertandingan), clan tidak perlu kasihan jika lawan mendapat
angka nol.
4.
Setelah Hari Pertandingan
a. Mintalah atlet mencatat hal-hal posisitf maupun negatif
yang dirasa berpengaruh terhadap penampilannya dalam pertandingan tadi. Bukan
hanya yang bersifat teknik, taktik, clan strategi, tetapi juga yang bersifat
mental, bahkan hal-hal kecil lainnya. Catat hasil tersebut dalam buku evaluasi
si atlet.
b. Evaluasi penampilan dalam pertandingan tadi. Apakah
mencapai sasaran?
c. Putuskan apakah perlu diadakan penyesuaian terhadap
program latihan.
d. Pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari
penampilan dalam pertandingan.
D.
Pelatih Sebagai Pembina Mental AtlitPelatih dalam olahraga
dapat mempunyai fungsi sebagai pembuat atau pelaksana program latihan, sebagai
motivator, konselor, evaluator dan yang bertanggung jawab terhadap segala hal
yang berhubungan dengan kepelatihan tersebut. Sebagai manusia biasa, pelatih
sama halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik yang berbeda antara
satu dengan lainnya. Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena
itu tidak ada pelatih yang murni ideal atau sempura.
Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus
melibatkan diri secara total dengan atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih
bukan hanya melulu mengurusi masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan
olahraganya saja, tetapi pelatih juga harus dapat berperan sebagai teman, guru.
orangtua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya. Dengan demikian dapat
diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasi, akan
mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya.
Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet
asuhannya harus dilandasi oleh adanya empati dan pelatih terhadap atletnya
tersebut.Empati ini merupakan kemampuan pelatih untuk dapat menghayati perasaan
atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat mengerti atletnya secara
total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pnbadinya. Untuk mengerti keadaan
atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada
pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saia tidak cukup bagi
pelatih untuk mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau
memahami keadaan psikologi atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap
orang memiliki sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khusus pula dalam
hubungan dengan pengembangan potensinya.
Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk
kepribadian atlet yang menjadi asuhannya. Hal terpenting yang harus ditanamkan
pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet percaya pada pelatih bahwa apa yang
diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih adalah untuk kebaikan dan kemajuan si
atlet itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan kepercayaan tersebut dari atlet,
pelatih tidak cukup hanya memintanya, tetapi harus membuktikannya melalui
ucapan, perbuatan, dan ketulusan hati. Sekali atlet mempercayai pelatih maka
seberat apapun program yang dibuat pelatih akan dijalankan oleh si atlet dengan
sungguh-sungguh.
Langganan:
Postingan (Atom)